Tinjauan

Alih-alih menyibak misteri-misteri atau untold stories dari dunia bawah tanah, film ini sekadar menyuguhkan dramatisasi serpihan-serpihan berita atau gosip yang sudah berulang-ulang kita dengar. Juga dilema-dilema moral hitam-putih yang dihadapi para tokohnya.

Film terkait: Dilema

Negeri 5 Menara setidaknya menyumbang perspektif baru mengenai sukses (dalam kaitannya dengan dunia pendidikan). Sukses bukanlah menjadi kaya, mempunyai kedudukan tinggi, dan terkenal seperti yang kini diyakini hampir semua orang, melainkan seberapa berguna (hidup) kita buat orang lain.

Film terkait: Negeri 5 Menara

Mata Tertutup mengajak masing-masing kita menyelesaikanya di tingkat individu dan keluarga. Negara dan aparatnya mungkin mampu menumpas kelompok-kelompok sesat tersebut, tapi sesungguhnya tidak akan pernah menyelesaikan inti persoalannya.

Film terkait: Mata Tertutup

Kelima film pendek dalam Hi5teria masih mengalami problem yang sama dengan kebanyakan film horor lainnya: gagal membangun logika cerita.

Film terkait: Hi5teria

Sanubari Jakarta seolah mengonfirmasi stigma negatif masyarakat mengenai LGBT sebagai bentuk relasi seksual belaka, alias sekadar pertukaran libido seks. Bukan hubungan percintaan “suci” yang berfokus pada perasaan.

Film terkait: Sanubari Jakarta

Kita harus bersusah-payah dulu untuk menyelami kompleksitas karakternya, walau ini menjadi bekal baik dalam separuh terakhir dari film pertama ini. Ekspektasi untuk Perahu Kertas bagian kedua tetap ada dan terjaga.

Film terkait: Perahu Kertas

Hampir tak ada momen "sepi" dalam Perahu Kertas. Ketergantungan pada suara menjadikan penuturan film fungsional, tak ada informasi yang terlewat, tapi filmnya jadi tak terlalu spesial.

Film terkait: Perahu Kertas

Sekuens penutup film ini seolah mau bertutur bahwa Hasyim memang didurhakai oleh anak biologisnya sendiri, tapi di akhir hayatnya ia malah mendapat anak-anak ideologis yang setia.

Film terkait: Tanah Surga... katanya

Keragaman etnis anggota Pasukan Ciliwung yang begitu ditonjolkan pada akhirnya tak lebih dari kemasan yang diada-adakan. Anak-anak ini terlihat memiliki perbedaan etnis yang seakan-akan problematis, padahal masalah-masalah yang mereka jalani tak ada hubungannya dengan itu.

Film terkait: Brandal-Brandal Ciliwung

Ambilkan Bulan tak saja menjadi ajakan berpetualang untuk generasi sekarang, tapi juga memberikan konteks yang tepat bagi lagu-lagu AT Mahmud.

Film terkait: Ambilkan Bulan