Penata artistik
Penata kamera
Penata musik
Dayang Sumbi/Larasati
Sinopsis

Karena malas mengambil teropong benangnya yang jatuh, Dayang Sumbi mengucap: kalau ada yang membantu mengambilkan teropong, maka akan dijadikan suami. Ternyata Lengser, pegawai kerajaan, yang mengambilkan. Maka ayah Sumbi, Raja Prabangkara, yang playboy, marah ketika mendengar Sumbi hamil. Lengser jadi anjing ketika diumpat raja, Sumbi diusir ke hutan. Lahirlah Jaka Sona, yang selalu ditemani Tumang, anjing, ayahnya yang tak dikenalinya. Ketika Sumbi minta hati menjangan, Jaka mencarikan. Karena kesal tak dapat menjangan, ia takut-takuti Tumang. Panah melesat, Tumang tewas dan kembali jadi manusia. Ia paksa hatinya diambil Sangkuriang dan diserahkan pada Sumbi. Ketika tahu Tumang tewas, Sumbi marah dan mengusir Jaka, yang lalu bernaung di sebuah gua.

Di sinilah ia mendengar suara gaib, bertapa sembilan tahun, mendapat kesaktian dan berubah jadi Sangkuriang. Ia lalu turun gunung membantu rakyat yang ditindas Prabangkara yang sebenarnya kakeknya sendiri. Ibunya hanya ditemui kuburannya dan Sangkuriang harus berhadapan dengan raja dan para prajuritnya. Waktu menghindar dari kejaran para prajurit, ia bertemu dengan wanita yang mengaku bernama Larasati, yang mirip Sumbi. Mereka saling jatuh cinta, tapi lalu Larasati alias Sumbi yang menyamar untuk menghindar dari pencarian ayahnya, mengenali Sangkuriang itu anaknya dari bekas luka di kepalanya. Dikatakanlah siapa dirinya sebenarnya, tapi Sangkuriang tak mau tahu, karena Sumbi tak mau mengatakan siapa ayahnya ketika didesak. Maka ketika Sangkuriang tetap mendesak untuk kawin, Sumbi memberi syarat: membendung Citarum, membuat danau, membangun perahu. Syarat dipenuhi, bahkan sambil berduel dengan Prabangkara di tengah usahanya itu. Prabangkara tewas. Usaha penyadaran Sumbi tetap tak berhasil. Sangkuriang tetap ngotot mengajak kawin. Ketika Sumbi hendak dicium, tiba-tiba berubah jadi bunga. Sangkuriang menyesal. Perahu yang sudah jadi ditendang dan jadi gunung Tangkuban Perahu.

Catatan

Cerita rakyat Sunda. Film terlaris III di Jakarta, 1983, dengan 329.779 penonton, menurut data Perfin. Bandingkan dengan Tangkuban Perahu (1982).Kopi 35 mm judul ini dapat diakses dari Koleksi Sinematek Indonesia.