Sinopsis

Setelah Yogyakarta diduduki Belanda (Desember 1948), pasukan Republik Indonesia melakukan perang gerilya. Pada suatu ketika Yogya diserbu dan bisa diduduki, walau cuma selama enam jam. "Serangan Oemoem" pada 1 Maret 1949 itu sekedar menunjukkan kepada dunia internasional, bahwa RI masih punya kekuatan, dan tidak (belum) hancur seperti dipropagandakan Belanda. Film ini dengan sadar melukiskan peristiwa nyata terkenal dalam sejarah revolusi Indonesia itu dengan cara fiktif, karena merasa dokumen-dokumen yang ada masih belum lengkap dan takut menyinggung berbagai pihak. Yang dilukiskan adalah kerja sama antara rakyat, tentara dan pemerintah. Meski fiktif, tapi fakta nyata menjadi acuannya. Dan kisah disuguhkan lebih dari sisi rakyat atau tentara yang berpangkat rendah. Tekanan Belanda membuat rakyat menderita dan berbagi sikap. Ada yang mendukung perjuangan tentara, ada yang menggerutu. Tentara yang memeras rakyat pun sekilas dilukiskan. Kesulitannya adalah menyatu padukan sikap, gerakan dan menegakkan disiplin semua anggota gerakan. Ada juga terselip kisah cinta. Tidak ada tokoh yang menonjol dalam kisah, karena begitu banyak pihak yang diceritakan sedikit-sedikit, karena yang jadi tujuan memang pelukisan peristiwa itu secara global.

Catatan

Peristiwa ini dibuat ulang lagi dalam film Janur KuningĀ (1979) dan Serangan FajarĀ (1981).Kopi 35 mm / VHS judul ini dapat diakses dari Koleksi Sinematek Indonesia.